| Setelah   melalui masa voting, telah terpilih 10 orang inovator yang menjadi   finalis kompetisi Do Network. Mereka terpilih dari 706 proyek yang   diajukan. 10 orang   finalis itu berasal dari delapan kota di Indonesia. Mereka kemudian akan   mendapatkan dukungan produk Lenovo senilai 2000 dollar AS. Pada   13-16 Februari 2012, mereka juga akan dihadirkan di Jakarta untuk bertemu   para mentor Do Network, yang terdiri dari Onno Purbo, Budi Putra dan Nurdiansah. Kompetisi   Do Network digelar Lenovo di tiga negara: Indonesia, India dan Russia. Dari   tiga negara itu, ada 2.100 proyek yang diajukan. Berikut   adalah 10 finalis Do Network Indonesia seperti disampaikan dalam keterangan   resmi Lenovo: v Petrus Mursanto dari Bogor   dengan proyek "Sistem   Pengaturan Lalu Lintas Cerdas dan Adaptif". Aplikasi ini   menggunakan Principal Component Analysis (PCA), Viola-Jones Algorithms dan   Kalman Filter untuk menghitung jumlah mobil di jalan-jalan untuk mengetahui   situasi lalu-lintas. v Giannova   Ryandanny   dari Denpasar, dengan proyek "Dibungkus".   Aplikasi ini menyederhanakan dan mengelola pemesanan berbagai menu makanan   dari restoran-restoran yang menjadi mitra dengan berbagai cara pembayaran. v Lugas Savornake dari Yogyakarta,   dengan proyek "Biolodisk!"   Ini adalah alat pembelajaran biologi berbasis USB- v Fatkhul Amri dari Malang,   dengan proyek "GameForSmart".   Ini adalah game online edukatif yang digunakan untuk membantu para pelajar   meningkatkan prestasi belajar mereka dengan cara yang menyenangkan. Pelajar   bisa mengakses game dengan berbagai perangkat seperti PC,  tablet dan   konsol game. v Soesapto Junie   Hantoro   dari Yogyakarta, dengan proyek "Aplikasi   Web Pembuat Sosiometri & Sosiogram". Ini adalah aplikasi web   untuk mengumpulkan data tentang pola dan struktur hubungan antar individu   dalam satu kelompok. Alat ini biasanya digunakan oleh guru bimpingan dan konseling. v Toyo Wiyatno dari Cimahi,   dengan proyek "Sekolah   Digital (e-Learning)". Proyek ini menggunakan teknologi berbiaya   rendah untuk menciptakan sebuah aplikasi pendidikan yang memungkinkan pelajar   dari berbagai daerah untuk mengakses pendidikan berkualitas secara merata. v Arion Siboro dari Bandung,   dengan proyek "Pondok   Pendidikan Gema Pranahara". Proyek ini membuat konsep berupa   pondok pendidikan yang terdiri dari ruang belajar, stasiun radio komunitas,   serta website dan pusat pemberdayaan mahasiswa bagi pendidikan masyarakat   pedesaan. v Wisnu Jatmiko dari Depok,   dengan proyek "Portable   Smart Cardio Device".  Ini adalah sebuah peralatan mini   untuk deteksi dini penyakit jantung. Alat ini menggunakan tablet atau   smartphone berbasis Android dan mikrokontroler untuk pemrosesan data dari   elektroda sebagai sensor elektrokardiogram. v Rifqi Fitriadi dari Surabaya,   dengan proyek "Razernav   'Mobile Navigation'". Ini adalah sistem navigasi pada smartphone   yang menggunakan teknologi augmented reality. Sistem navigasi ini memberikan   informasi ril mengenai situasi di sekeliling pengemudi melalui kamera   smartphone. v Widi Putro   Irianto   dari Yogyakarta, dengan proyek "W-Dance   Go Go".  Ini adalah konsol game yang khusus dirancang untuk   mengikuti perkembangan teknologi yang mengedepankan aspek-aspek yang tidak   ada dalam konsol game pada umumnya. 
 | 
Techno.
 
 
 
 

 

