JAKARTA, Ariesta Satriyoko, salah satu finalis Lenovo Do network, berharap inovasi pada sebuah pengisi daya baterai (charger) bisa membantu penghematan bahan bakar minyak (BBM) dan mengurangi emisi karbon di Indonesia.
Apa hubungannya? Ariesta mengatakan, menurut International Telecommunication Union ada sekitar 210 juta ponsel di Indonesia. Sebanyak 30 juta di antaranya berada di wilayah terpencil. Nah, dari 30 juta itu, menurut pengalamannya melakukan penelitian ke daerah-daerah, banyak yang menggunakan generator tenaga BBM (gen-set) untuk mengisi baterai ponsel. "Jika 30 juta ponsel itu di-charge dengan gen-set selama setengah jam saja, emisi karbonnya itu setara dengan 11.000 pesawat Jumbo Jet," ujar Ariesta. Dalam bincang-bincang dengan wartawan di InterContinental, MidPlaza, Jakarta, Selasa (14/2/2012), ia mengajukan solusi lewat inovasi pada charger. Inovasi itu diikutkannya dalam kompetisi Lenovo Do Network. Ia pun tercatat sebagai salah satu finalis dari Indonesia di kompetisi tersebut. Muvon Proyeknya bernama Muvon, sebuah charger elektronik yang memiliki tiga sumber energi: cahaya matahari, energi kinetik dan input DC. Cahaya matahari dipanen dengan panel photovoltaic, sedangkan energi kinetik diperoleh dengan sebuah tuas atau engkol pada charger. Nah, input listrik searah (DC) digunakan untuk menyambungkan alat itu ke dinamo sepeda. Dinamo akan menghasilkan listrik dari setiap kayuhan sepeda. Ariesta mengatakan, perangkat itu saat ini sudah berwujud prototipe. Ukurannya kurang lebih sama dengan perangkat game genggam PlayStation Portabel. Lewat kompetisi ini, Ariesta berharap bisa melanjutkan inovasinya menjadi produksi massal. Ia mengaku sudah sempat mendapatkan perkiraan, untuk produksi 10.000 unit, biaya produk itu mencapai Rp 250.000 per unit. Gratisains Kompetisi Lenovo Do Network menghasilkan 10 finalis dari Indonesia. Mereka akan berkompetisi untuk memperebutkan gelar juara dan hadiah 25000 dollar AS. Selain Ariesta, tenaga listrik alternatif juga dikedepankan Danny Ismarianto dari Cimahi. Ia merancang sebuah sistem bernama Gratisains. Sebenarnya, Gratisains adalah sistem pembelajaran untuk penduduk Indonesia di wilayah pelosok. Sistem ini terdiri dari sebuah tablet dan charger multi sumber. Tabletnya telah diisi materi pembelajaran yang bisa disinkronisasi online tapi tetap bisa diakses saat tidak ada koneksi internet. Charger yang diinginkan Danny memiliki beberapa sumber tenaga: matahari, input DC dari dinamo sepeda, tenaga angin dan tenaga air. ![]() |
Techno/KT