| Renne   R.A Kawilarang Tim   ilmuwan di Universitas Yale, AS, baru-baru ini melontarkan prediksi   yang cukup mencengangkan. Mereka memperkirakan bahwa benua-benua di muka bumi   akan bergabung lagi dalam kurun 50-200 juta tahun mendatang. Amerika   dan Eurasia diprediksi akan bertubrukan di Kutub Utara. Afrika dan Australia   pada akhinya akan bergabung juga dengan "Benua Super" itu. Tim   ilmuwan pun yakin benua-benua itu terakhir kali sempat menyatu pada 300 juta   tahun silam, yang wilayahnya disebut sebagai Pangaea. Menurut   laman BBC,   kajian tim ilmuwan Yale atas reuni benua-benua itu diungkapkan dalam jurnal   ilmiah Nature. Bagi   mereka, penggabungan kembali benua-benua besar itu bukan tidak mungkin   terjadi. Daratan pada dasarnya bergerak secara konstan saat terjadi aktivitas   tektonik di suatu bagian permukaan Bumi. Aktivitas   ini membentuk daerah-daerah seperti Mid-Atlantic Ridge--yang menjadi   lokasi Islandia--dan wilayah-wilayah seperti yang terlihat di lepas pantai   Jepang, dimana satu daratan kecil (pelat) bersinggungan dengan yang lain. Para   peneliti geologi itu yakin bahwa, dalam kurun miliaran tahun, pergesaran   pelat-pelat itu secara berkala juga menggerakkan benua-benua dalam waktu   bersamaan. Inilah yang memunculkan hipotesis atas terbentuknya sejumlah benua   super bernama Nuna 1,8 miliar tahun lalu, Rodinia satu miliar tahun lalu, dan   Pangaea 300 juta tahun lalu. Mereka   selanjutnya meneliti lebih lanjut kapan dan di mana reuni antarbenua itu   terbentuk dengan merujuk pada gejala-gejala pertemuan sebelumnya. "Kami   cukup familiar dengan konsep Pangaea, namun belum ada data yang cukup   meyakinkan untuk menduga bagaimana benua super itu terbentuk," kata Ross   Mitchell, peneliti dari Universitas Yale. Mengomentari   hasil riset mereka, ahli geologi dari Open University, David Rothery,   mengatakan penelitian itu dapat memberi pemahaman yang lebih luas kepada   publik akan sejarah planet Bumi. Techno/Viva | 
 
 
 
 

 
