| 
 Sebagai   industri yang paling terakhir masuk ke dalam ranah hiburan mainstream, video   game memang masih seringkali mendapatkan stigma dan prejudice negatif dari   berbagai kalangan. Sifatnya yang lebih interaktif dan adiktif dibandingkan   hiburan yang lain seperti film dan musik dianggap sebagai pemicu akan   berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat dunia. Sebut saja adiksi,   obesitas, hingga masalah yang lebih krusial seperti penurunan tingkat   produktivitas. Yang paling terkini? Percaya atau tidak, video game dianggap   sebagai alasan utama yang membuat begitu banyak orang memilih untuk hidup   menyendiri atau single.
 Pernyataan   ini dikemukakan oleh Prof. Tomonori   Morikawa dari Universitas Wasada setelah melihat fenomena yang   terjadi di Jepang. Menurutnya, video game menjadi alasan paling utama mengapa   ada begitu banyak pria muda yang tidak lagi peduli untuk membina hubungan   cinta dengan lawan jenis, terutama mereka yang berada di Jepang. Proses dan   kesulitan yang mungkin harus dilalui untuk memastikan diri mendapatkan   hubungan romantis di dunia nyata tidak lagi menjadi prioritas yang harus   ditempuh. Kini lebih banyak pria yang lebih memilih menyerah dan memutuskan   untuk "membina hubungan" ini lewat dunia virtual, termasuk video game. Hal   ini tentu saja berpotensi menimbulkan penyakit sosial, apalagi jika seorang   invididu tidak mampu lagi membedakan dunia nyata dan virtual.
 
 
Salah   satu keunggulan utama membangun hubungan romansa di dunia virtual? Anda   selalu punya pilihan! Banyak! #foreveralone Secara   psikologis, apa yang dikemukakan oleh Morikawa ini memang menjadi argumentasi   yang valid. Ilmu psikologi dengan jelas menyatakan bahwa sudah menjadi "tugas   perkembangan" bagi manusia dewasa untuk mengembangkan hubungan romantis   dengan lawan jenis. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari hubungan   tersebut dan akan berkontribusi besar pada pekembangan psikologi seorang   individu. Ketika seseorang memutuskan untuk menyerah dan berpaling pada dunia   virtual? Maka otomatis, kehidupan psikologis mereka tidak tumbuh sebagaimana   mestinya. Namun menyalahkan video game atas fenomena yang satu ini? Tidak ada   data valid yang dapat mengkonfirmasikan hal ini secara pasti.
 Lantas,   bagaimana dengan Anda sendiri, terutama gamer yang masih single? Apakah Anda   lebih memilih kehidupan romantis di dunia virtual?
 
 |